Kepalaku Stasiun Paling Padat Sedunia.



 

 
 
 
 
 



 

Bahkan dalam keadaan yang paling waras sekalipun aku tidak tahu bagaimana cara mengatakannya.

Bagaimana aku memulai?

Tidak tahu.

Mungkin Seperti ini ; Menurutku atau juga menurutmu; hidup ini seperti stasiun kereta. Semua datang dan pergi  dengan begitu saja dan terkadang alasan yang paling tidak masuk akal adalah alasan yang paling bisa kita terima.

Aku menyadari suatu hal; tak ada yang kebetulan dalam hidup ini.

Jika hidup bagai stasiun kereta, aku rasa sejak lahir semua manusia sudah dijadwalkan di kereta mana ia akan naik namun mereka bebas memilih di stasiun mana mereka akan turun. Karna juga, beberapa orang setuju bahwa hidup adalah pilihan.

Kita pernah bertemu.

Mungkin, artinya kita pernah berada di stasiun yang sama atau berpapasan di dalam gerbong — atau bisa jadi kita duduk berhadap-hadapan namun pada akhirnya kita turun di stasiun yang berbeda.

Aku pernah menyukaimu. Tidak masuk akal, memang. Kita bahkan hanya sedikit sekali bicara. Bila dianologikan dengan hitungan jari, sepuluh sepertinya terlalu banyak untuk menggambarkan percakapan kita.

Tapi terkadang di hari-hari berhujan atau di mimpi-mimpi yang paling buruk sekalipun aku masih memikirkan ke-tidak-masuk-akalan ini. Seperti yang kubilang tadi; tak ada kebetulan dalam hidup ini. Pasti ada suatu alasan kenapa aku bisa menyukaimu.

Akhir-akhir ini, aku jadi sering memikirkannya.

Tidak. aku memikirkan semua hal yang terjadi dalam kurun waktu 10 tahun belakangan ini. Selamat buatku, karna aku baru saja melewati ulang tahunku

Aku mulai bertanya kepada diriku sendiri.

Apa yang paling kusukai dalam hidup ini?

Diriku.

Apa yang paling tidak kusukai dalam hidup ini?

Diriku.

Di umur kita, kita masih sering memikirkan di stasiun mana kira-kira kita akan berhenti. Terkadang kita bangga akan siapa diri kita namun di sisi lain kita juga membenci diri kita, sama besarnya. Kita berfikir kita mencintai seseorang namun di sisi lain kita juga membenci mereka sama besarnya.

Kebohongan paling mutlak adalah kejujuran paling mutlak. Mencintai selalu ada resikonya dan kebanyakan hasilnya mengerikan. Dicintai membuat kita angkuh namun setidaknya kita mempunyai suatu pegangan.

Bumi dimana tempat kita berpijak, rasanya akhir-akhir ini seperti tanah gambut yang licin.

 

Seperti aku atau semua orang yang seumur dengan kita mulai mendengarkan musik akhir-akhir ini. Aku berharap kau mendengarkan Lagu Nadin Amizah atau Kunto Aji sekalian. Bukan, bukan itu yang kita dengarkan akhir-akhir ini. Kita mendengarkan suara di kepala kita yang membawa berita kebahagian akan datang. Seperti meramal nasib baik.

 

Dan setelahnya, akhirnya aku berhenti di stasiun yang berbeda denganmu. Menyedihkan dan juga melegakan. Sedih bahwa kecil kemungkinan kita akan bertemu lagi sekaligus melegakan karna kau menentukan nasibmu sendiri.

 

Aku akan selalu menyukaimu. Aku tidak akan memaksamu untuk menyukaimu juga. Karna jika begitu aku adalah orang yang egois tapi sekarang aku tahu paling tidak satu alasan kenapa aku bisa menyukaimu.

Menyukaimu mengajarkan aku banyak hal; salah satunya adalah tidak semua yang kita inginkan bisa kita dapatkan. Di sisi lain, kau juga mengajarkanku untuk berlapang dada. Menjadikan jiwaku yang kecil tumbuh menjadi besar. Membuatku berubah dari seorang Gadis kecil menjadi Gadis dewasa.

Aku ingin meminta satu hal kepadamu; setiap harinya kita akan tumbuh. Kita akan terluka, jatuh, patah hati, menangis atau mungkin akan tecabik-cabik. Aku ingin, apapun yang terjadi, berjanjilah kau akan selalu menjadi temanku.

Aku masih dan masih tidak mengerti bagaimana menjelaskannya (?)

Jadi yang ingin kukatakan adalah

Terbanglah, Tuan muda. Pergilah ke stasiun terjauh yang bisa kau tempuh. Terlukalah agar kau mengerti rasa sakit. Jatuh lah agar kau tahu bagaimana caranya berdiri. Menangislah agar kau tidak lupa caranya tertawa dan selalu rendah dirilah — agar kau tidak lupa darimana dirimu berasal.

Aku akan menuju stasiunku sendiri, pergi ke tempat yang belum pernah kudatangi. Menyelam ke dasar laut yang kelam atau naik ke puncak gunung yang mencakar langit dan sementara itu aku ingin kau mengingatku sebagaimana kau mengenalku untuk pertama kalinya ; sebagai Gadis kecil yang ceroboh dan akupun akan mengingatmu sebagai laki-laki yang periang.

Dengan begitulah caranya agar kita bukanlah dua orang asing. Bertemu atau tidaknya kita nanti.

Jangan pernah menyerah dalam hidupmu, Tuan muda. Sekalipun jangan.

 

Dari teman yang menyukaimu.

 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kalau boleh jatuh Cinta

Menjadi Asing

Kala hati memilih pulang